this is a story about 3 girls from 3 worlds

Thursday, July 06, 2006

Epilog

EPILOG




Sore hari yang teduh. Langit berwarna jingga kemerahan, awan bergulung-gulung dengan indah, dan angin bertiup menggoyangkan ilalang-ilalang yang terlihat seperti tarian indah padang ilalang. Resty dan Gia sedang duduk di antara ilalang-ilalang sambil memangdang kearah danau sore.
Handphone Resty berbunyi. Dari nomer yang depannya +65.
“Gi...kenal nomer ini, gak? Kok kayaknya aneh, ya?” tanya Resty pada Gia.
“+65 itu kan kodenya Singapur, Res....” kata Gia.
Lalu mereka berdua bertatapan.
“VINO!!!!” kata mereka berdua bersamaan.
Resty pun mengangkat telpon itu.
“Ha-halo.....”
“Hi, Res... ini gue.”
“Vino...”
“Sekarang udah sukses, ya?”
“Ah...enggak juga.”
“Waktu itu gue liat lo jadi EO pameran foto.”
“Jadi yang pake topi waktu itu beneran elo, ya?”
Vino terdengar tertawa kecil disebrang sana.
“Jahat!! Kenapa gak nyamperin gue, sih?”
“Gue cuma pengen bilang kalo gue udah mulai hidup baru gue. Makasih lo udah nyadarin gue.”
“Tapi.....”
“Udah..ya, Res....nanti gue telpon lagi.”
Vino mematikan sambungan telponnya.
“Halloo....hallo..!!!”
“Kenapa, Res?” tanya Gia.
“Diamatiin, Gi.”
“Yaudah...nanti juga ditelpon lagi.” kata Gia.
Suasana hening lagi. mereka kembali memandang kearah danau lagi. Tidak ada pembicaraan sama sekali.
“Ngomong-ngomong si Tya mana, sih?” tanya Resty sambil melihat jam tangannya.
“Taaauuuu.....” Gia mengangkat bahunya.
“EEEEEEEIIIIIIIIIIIIYYYYYYY...........” suara Tya terdengar dari kejauhan. Ia sedang mengendarai mobil golf.
“Nah tuh dia....” kata Resty.
“Panjang umur banget tuh anak.” Kata Gia.
“Sori...sori...telat....” kata Tya sambil memarkirkan mobilnya.
“Kemana aja lo?” tanya Resty.
Tya mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Niiiiiihhh......gue punya sesuatu buat lo berdua.” Katanya lalu memberikan sebuah buku pada mereka.
“Apaan, nih?” tanya Gia.
“Novel...” jawab Tya singkat. “Tadi tuuuh...gue ngambil ini dulu. Blom ada yang punya niiih...baru dicetak tiga kopi. Eksklusif, kaaaaan.....?? mudah-mudahan aja bisa terbit beneran.”
Resty dan Gia memangdangi cover buku itu yang penuh dengan gambar ilalang. Di cover depan ada foto mereka bertiga sedang melompat dan diambil dari arah belakang. Dan cover belakangnya foto mereka sedang naik sepeda dan ada sinopsisnya yang isinya begini :

Tiga cewek yang terdampar dikota yang gak pernah tidur a.k.a Jakarta raya. Tiga cewek dengan dunia yang berbeda, namun mereka dalam satu visi dan misi. Tiga cewek yang keliatannya pinter, padahal otak mereka cuma setengah sendok teh. Tiga cewek yang keliatannya normal, padahal enggak. Tiga cewek yang secara gak sengaja dipertemukan oleh takdir.
Meskipun mereka memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu sama lain, tapi justru perbedaan itulah yang menyatukan mereka. Mereka saling mengisi satu sama lain. Apalagi kalo isiannya coklat sama stroberi. Beneran!! Kalo disuruh milih sesuatu, mereka pasti milih sesuatu yang coklat atau stroberi. Nah, lho... bingung kan lo?

“Ini kan foto yang waktu itu.” Kata Resty.
Tya mengangguk.
“Jadi waktu itu lo minta satu buat ginian?”
Tya mengangguk lagi lalu duduk disamping Resty. “Itu kenang-kenangan dari gue.” kata Tya. “Jangan lupa dibaca.”
“Pastiiii......” kata Resty.
“Pokoknya nanti pas lo baca ceritanya bakalan kaget, deh. diambil dari kisah nyata.” kata Tya lagi.
“Kisah apaan?” tanya Gia.
“Baca aja duluuu....nanti juga tau.”
“Jangan-jangan Si Pitung, lagi?” kata Resty.
“Ya bukan laaaaah.... plis deh.” kata Tya.
Lalu Gia mengeluarkan sebuah buku hitam. Diary-nya Rivo.
“Kalo ini....lo bisa jelasin gak maksud dari kata ‘Secret Garden’?” tanya Gia.
“Emang ini apaan?” tanya Resty.
“Diary-nya Rivo.”
“Kok lo bisa dapet?” tanya Resty lagi.
“Dari penjaga rumahnya.” Jawab Gia. “Jadi ada yang tau gak artinya?”
“Ya...udah jelaskan maksudnya? Masak lo gak ngerti filosofinya?” kata Tya.
Gia menggeleng.
“Maksudnya tuh....diary ini Secret Gardennya dia.” Kata Tya. “Tapi bisa juga yang dimaksud Secret Garden itu isi hatinya. Yaaa....pokoknya diantara dua itu lah...”
Gia pun mengangguk-angguk. Jadi itu maksudnya. Pantes waktu itu dia bilang kalo artinya ambigu.
Suasana hening lagi.
Angin semilir-semilir.
Padang ilalang bergoyang.
“Oiya!!” kata Resty tiba-tiba. “Lo inget gak, Ty...kata-kata pertama lo waktu ketemu Gia di kelas dua?”
“Ooooh...itu.” Tya mengingat-ingat kata-katanya sendiri waktu itu. “Yang bahasa jepang itu, kan?”
“Iya..iya...waktu itu lo ngomong apa, sih?” tanya Resty lagi.
“Dokuritzu Zunbi Choosakai.” Kata Tya dengan logat Jepang yang dibuat-buat.
“Itu Artinya apa?” tanya Resty lagi.
“Iya....itu artinya apaan, sih, Ty? Gue aja yang dari Jepang belom pernah denger kata-kata itu.”
Tya ketawa sendiri. “Itu, kan artinya BPUPKI [1].”
“Ya-am-puuun, Ty..... kirain artinya apaan.” Kata Gia lalu tertawa. Begitu juga Resty.
“Dasar hodob [2].” Kata Resty.
“Oiya..oiya.... waktu itu inget, gak, Gi? Lo disuruh gambar segitiga sama kaki sama Bu Eva waktu pelajaran Matematika?” kata Tya lalu tertawa.
Kemudian Gia juga tertawa. “Iya...inget.”
“Emangnya kenapa, sih?” tanya Resty.
Tya berusaha untuk meredakan tawanya. Begitu juga Gia.
“Lo tau, gak? Dia malah gambar segitiga sama kaki. Kaki beneran maksudnya, Res....” kata Tya. “Jadi dia gambar satu segitiga. Sama satu kaki.”
Resty pun ikutan ketawa sekarang. “Kok lo bisa sebego itu, sih, Gi?”
“Ya...lo tau, kan, Res.... kadang otak gue suka konslet gitu? Waktu itu, tuh gue lagi bengong.... trus disuruh maju kedepan. Disuruh ngitung sudut siku-sikunya si segitiga sama kaki, tapi disuruh gambar dulu segitiganya. Yaudah...karena lagi bego... jadinya gitu deh...”
“Trus...trus....Bu Eva-nya gimana?” tanya Resty lagi.
“Kalo gue liat, sih sebenernya dia pengen ketawa, tuuuuh...... Tapi akhirnya dia malah nyuruh Gia berdiri di depan sampe bel.” Kata Tya.
Mereka pun tertawa.
“Inget gak waktu pelajaran bahasa inggris di Primagama? Yang waktu kita disuruh buat kalimat.” Kata Gia.
“Iya..iya... yang Resty buat kalimat ‘Ayah Rindu Perang’ dibahasa inggrisin jadi ‘Dedi Miswar’[3].” Kata Tya.
Mereka tertawa lagi. Tertawa mengenang masa-masa mereka dahulu. Menertawai otak mereka yang cuma setengah sendok teh. Menertawai kebodohan mereka. Kebodohan yang indah.
“Eh...gerah gak, sih lo berdua?” tanya Resty sambil mengipas-ngipas kaosnya.
“Mm-hm..” Tya mengangguk setuju.
Kemudian, Resty dan Tya seperti mempunyai benang merah. Mereka sepertinya dalam satu pikiran. Gia yang baru nyambung menyadari maksud dari dua temannya langsung mencegah.
“Tunggu...tunggu...jangan bilang......”
Belum sempat Gia meneruskan kata-katanya, kedua temannya itu sudah berdiri lalu menggotong Gia dan menyeburkannya ke danau. Setelah itu mereka juga menyusul nyebur ke danau yang berwarna kemerahan akibat biasan sinar matahari.
Tertawa diantara cipratan air danau dan disaksikan ilalang yang menari-nari diterpa angin. Tawa bodoh dari tiga dunia yang berbeda, namun pecah menjadi satu.





-TAMAT-


[1] Badan Penyelenggara Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
[2] Maksudnya Bodoh. *tulisannya dibalik*
[3] Ayah : Daddy *baca=dedi*; Rindu : Miss; Perang : War

No comments: